Alasan Pluto Tidak Dianggap Planet
Untuk
mengetahui mengapa pluto sudah tidak dianggap sebagai planet, maka kita harus
tahu dulu bagaimana awal mula planet ini ditemukan. Pluto pertama kali
ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde W. Tombaugh di Observatorium Lowell di
Flagstaff Arizona. Para astronom telah lama meramalkan bahwa akan ada sebuah
planet kesembilan dalam sistem tata surya, yang mereka sebut Planet X. Hanya 22
pada waktu itu, Tombaugh diberi tugas yang melelahkan yaitu membandingkan plat
fotografi. Setiap objek bergerak, seperti komet, asteroid atau planet, harus ia
definisikan dengan benar.
Setelah
setahun pengamatan, Tombaugh akhirnya menemukan obyek di orbit yang benar, dan
menyatakan bahwa ia telah menemukan Planet X. Karena mereka telah menemukan
itu, tim Lowell diizinkan untuk memberikan nama objek itu.
Pemberian Nama
Mengenai
masalah nama ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat membuat banyak
pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama ini berasal dari
karakter anjing dalam komik Walt Disney. Kenyataan bahwa komik tersebut memulai
debutnya pada tahun yang sama dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh
manusia dipercaya banyak pihak sebagai salah satu alasannya.
Nama
Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai
dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin
karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain
juga misteri yang menyelimutinya.
Ternyata
banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet baru tersebut. Salah
satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan. Alasannya jelas,
karena nama tersebut sudah dipergunakan untuk hal yang lain. Lalu ada nama
Constante, merujuk pada nama pendiri observatorium tempat Clyde bekerja,
Constante Lowell. Namun pemberian nama Lowell juga ditolak secara
perlahan-lahan.
Sejarah Status
Pada
saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa
yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto
sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit
Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai planet.
Akan
tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang
Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di
sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk
Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan
benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km
pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret
2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei
2004).
Penemuan
2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga
memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto.
Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi
nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga
memiliki satelit.
Jalur orbit Pluto
Pluto
sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip
objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa
astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit
Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan
delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga berukuran amat
kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut
planet.
Setelah
Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International
Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda
langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa
astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya,
Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid
cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai atmosfer dan musim
layaknya planet.
Pada
24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional,
3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi “planet
katai”.
Penelitian
Salah
satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk melihat Pluto,
yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan satu set pesawat tanpa
awak untuk mendata daerah permukaan Pluto, karakteristik geografi dan
geomorfologi secara global dan mencari data struktur atmosfer yang melingkupi
Pluto.
Sebuah
ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan mulai meluncur ke angkasa
pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lama pada tahun 2008,
namun ekspedisi ini akhirnya dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan
digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons (diluncurkan Januari 2006).
Pesawat ini akan melintasi Pluto dan Charon, satelit alaminya, dan kemudian
mengirimkan foto-foto ke Bumi. Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons
mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New
Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.
Hingga
kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli semenjak
memisahkan diri dari matahari. Lapisan atmosfer ini juga dikenal sebagai
lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah pesawat misi angkasa luar
dari bumi.
Sumber
: wong168.wordpress.com
Sumber : http://arulastro.blogspot.com/2012/06/mengapa-pluto-tidak-di-anggap-sebagai.html#ixzz2IQ0dOV2B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar